Siapa yang tidak tahu dengan
Joker? Joker merupakan musuh berat yang harus dihadapi oleh salah satu
superhero dari DC yaitu sang kesatria malam, Batman. Pada awal kemunculannya di
“The Dark Knight” pada tahun 2008–Salah satu film terbaik sepanjang masa, Joker
yang diperankan oleh Heath Ledger sangat menarik perhatian. Joker digambarkan
sebagai seorang dengan pakaian dan riasan badut yang memiliki ciri dari
tertawanya. Dalam film tersebut, karakter joker berusaha ditampilkan menjadi
seorang penjahat ulung yang tidak terlacak dengan kecerdasan yang luar biasa.
Hal ini ditunjukkan dengan beberapa scene yang dapat memojokkan sang pahlawan,
Batman. Hal lain adalah jalan cerita yang sangat apik, membuat karakter Joker
ini sangat khas. Christopher Nolan merancang Joker sebagai penjahat ambisius
dengan latar belakang yang terkesan kuat. Nah, jika pada “The Dark Knight”
mengisahkan aksi sepak terjang antara Joker dengan Batman, pada film “JOKER” tahun 2019, kita akan disuguhkan oleh latar belakang seorang JOKER dari latar
belakang keluarga, pekerjaan, hingga alasan yang membuat dirinya menjadi Joker.
Di situs IMDB sendiri, film ini memiliki rating 8.9/ 10 (18 Oktober 2019).
Arthur Fleck adalah seorang
yang memiliki cita-cita menjadi seorang komedian tunggal (Stand Up comedy).
Seluruh hidupnya didedikasikan untuk bisa menjadi lucu. Ia bekerja sebagai
seorang badut sewaan hingga suatu waktu ia dipecat karena suatu alasan yang
tidak dapat ia terima. Kerasnya kehidupan yang ia jalani di kota Gotham City
membentuk jati dirinya dan menghasilkan depresi yang berat. Ketidakadilan yang
ia dapat membuat tujuan hidupnya semakin melenceng. Bersamaan dengan hal itu,
fakta-fakta yang mengejutkan tentang dirinya mulai terungkap. Penyakit yang
dideritanya juga menjadi hambatan baginya untuk mengejar mimpinya. Sebuah
penyakit kejiwaan yang ia miliki sejak dulu, ditambah syaraf yang membuat ia selalu
tertawa pada momen tertentu –fakta kecil tentang gaya tertawanya yang khas dan
sedikit freaky. Hingga akhirnya Arthur memiliki sebuah ambisi yang kuat untuk
membela hak dan kehidupannya dengan karakter badutnya dengan nama Joker.
Beberapa poin yang saya
dapatkan adalah yang pertama, dengan durasi 122 menit, film ini tidak terasa
membosankan meski pembawaannya cenderung lambat. Akting yang dimainkan Joaquin Phoenix sukses memainkan karakternya sebagai Joker khususnya pada scene-scene saat menampilkan tawa sang Joker. Salah satu poin plus dari film ini adalah nilai moral seperti menghargai
orang lain dan tidak mudah menyerah juga diselipkan di film ini secara tidak langsung. Fakta-fakta
yang diangkat akan menjawab semua pertanyaan kita tentang beberapa latar
belakang dalam film “The Dark Knight” dari mulai alasan Arthur menjadi Joker,
hingga keterkaitan dengan kematian orang tua Bruce Wayne. Kemudian, film ini
memiliki rating D17+ saya rasa bukan karena adegan panasnya, melainkan kerasnya
seorang Arthur dalam membela kehidupannya, kemudian aksi pembunuhan yang
diperlihatkan memang cukup jelas, meski adegan membunuh pada film ini tidak
terlalu banyak seperti film aksi, scene membunuh pada film ini akan lebih
sadis, karena memang suasana yang ditampilkan terkesan asli dan familier,
selain itu scene-scene depresi dan keterbelakangan Arthur yang tidak cocok dilihat
oleh anak-anak. Selanjutnya film ini seperti memberi tahu kita bahwa ada alasan
dibalik tindakan-tindakan para penjahat sebuah kisah termasuk Joker. Sudut pandang dari seorang penjahat akan
membuat kita juga berempati dan berpikir dua kali untuk mempertimbangkan
kejahatannya. Ini adalah quotes yang sangat cocok dengan film ini –sedang ramai
diperbincangkan.
“orang jahat terlahir dari
orang baik yang tersakiti.”
Berikut ini cuplikan trailernya.